Jakarta – PT Astra Daihatsu Motor mengungkap alasan mengapa akhirnya mengubah sistem penggerak roda belakang (RWD) menjadi penggerak roda depan (FWD) pada generasi ketiga Xenia.
Marketing Product Planning Division Head ADM, Anjar Rosjadi mengatakan, salah satu alasannya lantaran infrastruktur jalan-jalan di Indonesia sudah lebih baik dari sebelumnya.
“Kita sadar betul bahwa pelanggan banyak yang concern antara FF dengan FR. Tapi kita juga melakukan survei, melakukan studi kepada masyarakat Indonesia terkait kondisi jalan. Dulu, ketika kita pertama kali mengembangkan Xenia, orang maunya mobil multifungsi, masuk ke daerah-daerah dan kebetulan dulu daerah kondisi jalan cukup ekstrem, ketinggian, sudut kemiringan cukup signifikan di angka 18 derajat dan lain-lain,” kata Anjar saat ditemui di GIIAS, ICE, BSD City, Tangerang (12/11).
“Tapi kita melihat ketika kita mengembangkan All New Xenia jalan ataupun infrastruktur di indonesia jauh berubah artinya lebih baik, jalanan rusak semakin sedikit, dan pemerintah sangat concern masalah aturan jalan. Sekarang jalan nggak bisa bikin kemiringan sesukanya, aturan pemerintah di angka 10 derajat,” sambung dia.
Sejak generasi pertama diluncurkan 2003 lalu, mobil kembar dari Toyota Avanza ini selalu setia dengan penggerak roda belakang (RWD). Hampir semua kompetitornya menerapkan penggerak roda depan. Baru tahun ini Toyota dan Daihatsu berani membawa perubahan besar dengan menerapkan FWD pada All New Daihatsu dan Avanza-Veloz.
Mobil yang dijuluki ‘mobil sejuta umat’ ini menggunakan platform Daihatsu New Global Architecture (DNGA). Sudah ada dua model mobil Daihatsu yang menggunakan platform tersebut, yakni generasi baru Xenia serta Daihatsu Rocky.
Anjar menjelaskan selain mengubah penggerak roda juga Daihatsu melakukan penyesuaian pada mesin. Di sisi lain, platform DNGA ini juga memiliki bobot yang lebih ringan yang kemudian dikombinasikan juga dengan CVT untuk menggantikan transmisi otomatis konvensional 4-percepatan.
“Yang kedua, konsumen tetap butuh kendaraan multifungsi yang bisa digunakan di mana saja. Tetapi konsumen juga sangat concern masalah kenyamanan dan efisiensi. Itu tantangan kita ketika mengembangkan FF,” kata Anjar.
Banyak yang meragukan kemampuan FWD pada Xenia untuk menaklukkan tanjakan. Namun, Anjar menegaskan konsumen tak perlu khawatir soal kemampuan mobil ini, sebab diklaim sudah teruji dengan kondisi jalan di Indonesia.
“FF kita kembangkan tetap mempertimbangkan ekspektasi pelanggan bahwa FF Daihatsu harus tangguh di jalanan menanjak, kemudian juga harus tangguh di kondisi U-turn,” kata Anjar.
“Tapi kita memastikan ketika di kondisi tanjakan bisa menanjak tanpa rasa khawatir, stop and go dengan tujuh penumpang asumsi berat 65 kg, plus berat bagasi 5 kg stop and go di ketinggian 18 derajat. No problem,” jelasnya.